Rabu, 10 Desember 2014

Perencanaan Keperawatan



Definisi Perencanaan Keperawatan: 
  • Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan.                                                   
  • Perencanaan adalah merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien.Suatu perencanaan yang tertulis dengan baik akan memberi petunjuk dan arti pada asuhan keperawatan karena perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan keperawatan klien.
  • Perencanaan merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.

Tahapan Perencanaan Keperawatan
1. Penentuan prioritas diagnosis 
Penetapan prioritas adalah penyusunan urutan diagnosis keperawatan / masalah klien dengan menggunakan tingkat kedaruratan / kepentingan untuk memperoleh tahapan intervensi keperawatan yang dibutuhkan (Henry dan Walker, 2004).
Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap perencanaan setelah tahap diagnosis keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis amana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan.
  •  Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Prioritas tinggi : Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mnengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas.
Prioritas sedang : Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah higiene perseorangan.
Prioritas rendah : Prioritas rendah ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangn atau lainnya.
  • Berdasarkan kebutusan Maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan diantaranya kebutuhan fisiogis keselamatan dan keamanan mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
http://assets.kompasiana.com/statics/files/14067877821583878387.jpg



Untuk prioritas diagnosis yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan tersebut berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia diantaranya:
a)      Kebutuhan fisiologis
Meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, eliminasi.
b)      Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Meliputi masalh lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
c)      Kebutuhan mencintai dan dicintai
Meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia.
d)     Kebutuhan harga diri
Meliputi masalah respek dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.
e)      Kebutuhan aktualisasi diri
Meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.
  • Berdasarkan Hirarki Kalish
Menentukan prioritas dengan pendekatan kebutuhan individu untuk bertahan dan berstimulasi / respon.
  • Berdasarkan kepentingannya prioritas dapat dikatagorikan menjadi,
Kepentingan awal :
Diagnosis keperawatan yang jika tidak ditangani dapat membahayakan klien atau pihak lain menempati prioritas tertinggi.
Contoh :
 Resiko terjadinya kekerasan, gangguan pertukaran gas, dan penurunan curah jantung merupakan diagnosis keperawatan dengan prioritas keselamatan, oksigenasi adekuat, dan sirkulasi adekuat.

Selain itu, kondisi yang unik pada setiap klien juga dapat dipertimbangkan. Prioritas awal terkadang bersifat fisiologis sekaligus psikologis dan dapat merujuk pada kebutuhan dasar lainnya. Hindari klasifikasi prioritas yang hanya berdasarkan kondisi fisiologis. Sebagai contoh kasus Nn. Devine :
Lisa hendak memulai perencanaan asuhan keperawatan bagi Nn. Devine. Pada tahap diagnostik, Lisa mengidentifikasi empat diagnosis keperawatan pada Nn. Devine, yaitu nyeri akut, ansietas, kurang pengetahuan, dan gangguan mobilitas fisik. Lisa bertugas melayani Nn. Devine sejak pagi ini sampai masa operasi tiba. Setelah operasi selasia,  Lisa tidak bekerja pada unit tersebut, namun sebagai perawat utama Nn. Devine, Lisa akan memberikan arahan bagi staf yang akan melanjutksn perawataan. Perencanaan yang matang meliputi pengamatan pada hubungan antara masalah klien, pengenalan keutamaan masalah tertentu diatas masalah lainnya, dan pemberian asuhan keperawatan yang tepat. Nn. Devine merupakan mitra yang tepat dalam memilih tindakan yang sesuai dengan kebutuhan, kekuatan, dan keterbatasannya. Lisa menyadari harus bekerja cepat dalam menyusun rencana karena Nn. Devine akan segera menjalani operasi pada siang hari.
Pada kasus tersebut nyeri akut dan ansietas menempati prioritas tertinggi. Lisa menyadari bahwa ia harus meringankan rasa nyeri akut pada Nn. Devine dan mengurangi ansietas agar klien dapat menjalani operasi dengan tenang.
Kepentingan sedang   :
Prioritas sedang, meliputi kebutuhan nondarurat dan tidak mengacam nyawa klien. Pada kasus Nn. Devine, kurang pengetahuan merupakan diagnosa sedang. Lisa harus mampu mempersiapkan Nn. Devine dengan baik untuk menjalani operasi. Instruksi yang terfokus dan disesuaikan akan membantu Nn. Devine memahami hal yang akn terjadi pascaoperasi, dan bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan pascaoperasi. Menangani diagnosa tentang kurang pengetahuan akan meminimalisasi komplikasi pascaoperasi. Setelah Lisa menangani diagnosis dan ansietas, Nn. Devine akan lebih terbuka untuk belajar. Selain itu, setelah Nn. Devine memahami tentang operasi yang akan dijalaninya, diharapakan ansietasnya dapat berkurang.
Kepentingan akhir :
Diagnosis keperawatan dengan prioritas rendah tidak selalu berhubungan langsung dengan penyakit atau prognosis, namun dapat mempengaruhi kesejahteraan klien di masa depan. Sebagian besar diagnosis prioritas rendah berfokus pada kebutuhan layanan kesehatan jangka panjang
Pada kasus Nn. Devine, gangguan mobilitas fisik tidak hanya disebabkan oleh nyeri, tetapi juga oleh kondisi medisnya, yaitu herniasi diskus vertebralis. Lisa akan mengawasi diagnosis ini, terutama pascaoperasi. Untuk saat ini Lisa akan berusaha membuat Nn. Devine merasa senyaman mungkin. Hal ini dapat meningkatkan kemampuannya untuk berganti posisi. Setelah operasi selesai, Lisa harus melakukan pengkajian ulang. Jika gangguan mobilitas fisik masih menjadi gangguan, prioritas ini akan meningkat karena sangat penting bagi Nn. Devine untuk mencapai mobilitas normal agar pemulihan menjadi lengkap dan mencegah komplikasi pascaoperasi.
Urutan prioritas dapat berubah seiring kondisi klien, bahkan dalam hitungan menit. Setiap memulai pelayanan, seperti pada awal giliran jaga di rumah sakit atau kunjungan klinik ke klinik, harus dilakukan penyusunan ulang prioritas. Pengkajian klien yang kontinu sangat penting untuk menentukan status diagnosis keperawatan pada klien. Urutan prioritas yang tepat akan menjamin pemenuhan kebutuhan klien secara tepat waktu dan efektif. 
  • Berdasarkan Prioritas Waktu
Berdasarkan prioritas waktu, White (2003) menjelaskan bahwa perencanaan asuhan keperawatan terjadi dalam tiga fase yaitu,
Awal  :
Perencanaan awal meliputi penyusunan rencana pendahuluan setelah dilakukan pengkajian, saat klien masuk, dan seleksi awal diagnosis keperawatan. Karena masa perawaatan di rumah sakit yang semakin singkat, perencanaan awal sangat penting dalam menangani diagnosis keperawatan dan masalah kolaboratif untuk mempercepat pemecahan masalah.
Sedang berlangsung :
Perencanaan yang sedang berlangsung meliputi pembaruan rencana asuhan keperawatan klien secaar kontinu. Saat kondisi klien berubah, anda harus melakukan pengkajian informasi baru dan mengevaluasi status klien.  Selama perencanaan yang sedang berlangsung, anda terkadang merevisi rencana awal dan selanjutnya menyesuaikan tindakan anda (White, 2003)
Pemulangan :
Perencanaan pemulangan merupakan fase akhir. Fase ini meliputi antisipasi dan persiapan untuk memenuhi kebutuhan klien setelah dipulangkan.
          (Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition)
2. Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosis keperawatan dengan kata lain tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai komponen sebagai berikut:
  • S (subjek)        : Perilaku pasien yang diamati. 
  • P (predikat)     : Kondisi yang melengkapi pasien.
  • K (kriteria)      : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya tujuan.
  • K (kondisi)      : Sesuatu yang menyebabkan asuahan diberikan.
  • W (waktu)       : Waktu yang ingin dicapai.
Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dpat memberi petunjuk bahwa tujuan telah dicapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan dengan ciri-ciri sebagai berikut: setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, hasil yang telah ditetapkan dalam kriteria hasil memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal spesifik, harus sekongkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dpat diukur, hasilnya dapat dilihat, didengar dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif.
3.  Penentuan rencana tindakan
Langkah dalam tahap perencanaan ini dilakukan setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dengan menentukan rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam mengatasi masalah klien. Dalam membuat rencana tindakan perawat harus mengetahui juga tentang instruksi atau perintah tentang tindakan keperawatan apa yang akan dilakukan dari perawat primer (pembuat asuhan keperawatan primer). Untuk memudahkan dalam menentukan rencana tindakan, maka ada beberapa persyaratan dalam menuliskan rencana tindakan diantaranya harus terdapat unsur tanggal, kata kerja yang dapat diukur yang dapat dilihat, dirasa dan didengar, adanya subjek, hasil, target tanggal dan tanda tangan perawat.
Dalam penentuan rencana tindakan terdapat beberapa instruksi tindakan keperawatan yang merupakan suatu bentuk tindakan yang menunjukan perawatan dan pengobatan khusus, dimana perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan pada pasien tertentu. Perawatan dan pengobatan dirancang untuk membantu pencapaian satu atau lebih dari tujuan perawatan sehingga dapat mengurangi, mencegah atau menghilangkan dari masalah pasien.
(A. Aziz Alimul Hidayat, pengantar konsep dasar keperawatan)



Macam intervensi (tindakan):
  • Intervensi Keperawatan Independen:
Tindakan yang dilakukan perawat (nurse initiated intervention).
Tindakan ini tidak membutuhkan arahan dari profesional kesehatan lainnya (Wood, 2003). Sebagai perawat, Anda bertindak secara independen untuk mewakili klien. Tindakan yang dilakukan oleh perawat merupakan tindakan otonom yang berdasarkan alasan ilmiah, contohnya: elevasi, ekstremitas yang mengalami edema, menginformasiakn klien tentang efek samping pengobatan, atau mengarahkan klien untuk menekan luka saat batuk. Tindakan  ini bermanfaat bagi klien sesuai dengan diagnosis keperawatan dan tujuan (Bulechek et al., 2008). Tindakan yang dilakukan oleh perawat tidak membutuhkan pengawasan atau arahan dari pihak lain. Setiap negara bagian di Amerika serikat telah menyusun Nursing Practice Art yang mendefinisikan cakupan hukum dari praktik keperawatan. Menurut Nursing Practice Art, intervensi keperawatan independen mencakup kegiatan harian, edukasi dan promosi kesehatan, serta konseling.
  • Intervensi Keperawatan Dependen:
Tindakan yang membutuhkan arahan dari dokter atau profesional kesehatan lainnya. Tindakan ini didasarkan pada respon dokter atau tenaga kesehatan untuk menangani suatu diagnosis medis. Perawat pelaksana yang bekerja atas persetujuan kolaborasi dengan dokter atau telah memiliki isensi independen juga dapat menuliskan tindakan ini. Sebagai perawat Anda melakukan tindakan dengan melaksanakan instruksi tertulis atau lisan dari penyelenggara independen. Contohnya: adalah pemberian obat, pelaksanaan prosedur invasif, penggantian balitan, dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.
Setiap tindakan yang diinstruksikan oleh dokter membutuhkan tanggung jawab dan pengetahuan teknik khusus. Sebagai contoh, saat memberikan kerja fisiologis, dosis normal, efek samping, dan intervensi keperawatan yang terkait cara kerja atau efek sampingnya. Untuk prosedur invasif, Anda harus mengetahui pelaksanaan prosedur, keterampilan klinis yang dibutuhkan, hasil yang diharapakan, dan efek samping yang mungkin terjadi. Anda juga bertanggung jawab atas persiapan klien dan komunikasi yang tepat. Anda melakukan intervensi keperawatan dependen dengan pengetahuan yang sesuai dan pertimbangan klinis yang tepat (Wood, 2003).
  • Intervensi Keperawatan Kolaboratif:
Tindakan yang membutuhkan gabungan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian berbagai profesional layanan kesehatan. 
Umumnya, saat Anda merencanakan pelayanan bagi klien, Anda akan meninjau tindakan yang dibutuhkan dan menentukan apakah dibutuhkan kolaborasi dengan disiplin pelayanan kesehatan lainnya. Pertemuan perawat dengan tim kesehatan lain akan menghasilkan pemilihan intervensi keperawatan yang saling terkait.
           Saat mempersiapkan tindakan yang diinstruksikan oleh dokter atau tindakan kolaboratif, jangan langsung dilaksanakan, karena perawat harus mempertimbangkan dahulu apakah tindakan tersebut sesuai untuk klien. Setiap perawat beresiko menerima arahan yang tidak tepat. Perawat yang memiliki dasar pengetahuan yang kuat dapat mengenali kesalahan tersebut dan berusaha memperbaikinnya. Kemampuan ini sangat penting saat pemberian obat atau pelaksanaan prosedur. Kesalahan dapat terjadi saat penulisan instruksi atau saat memindahkannya ke formulir atau komputer. Klarifikasi suatu arahan merupakan bentuk praktik keperawatan yang kompeten serta mampu melindungi klien serta anggota tim kesehatan. Saat Anda melakukan tindakan yang salah, Anda mengemban kesalahan yang sama dengan pihak yang menuliskan arahan tersebut. Anda secara hukum akan bertanggung jawab atas komplikasi yang dapat terjadi akibat kesalahan tersebut.
Sumber: (Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition)



0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts